Pembuatan Koloid
Koloid berasal dari
kata kolia yang dalam bahasa Yunani berarti “lem”. Sistem koloid disebut juga
sistem dispersi dengan ukuran partikel yang lebih besar dari larutan, tetapi
lebih besar dari suspensi. Ukuran partikel koloid
terletak antara partikel larutan sejati dan partikel suspensi.
Bagaimana sistem koloid dibuat? Sistem koloid dapat dibuat
secara pembuatan langsung dengan mendispersikan suatu zat ke dalam medium
pendispersi. Selain
itu dapat dilakukan dengan mengubah suspensi menjadi koloid atau mengubah
larutan menjadi koloid. Sistem koloid
ini dapat dibuat dengan dua metode, yaitu dengan
metode menggabungkan partikel larutan sejati
(kondensasi), menghaluskan bahan kasar kemudian
mendispersikan ke dalam medium pendispersi
(dispersi), serta koloid asosiasi.
A. Kondensasi
Yaitu penggabungan ion-ion atau molekul
yang berukuran sangat kecil (berukuran larutan sejati) menjadi
partikel-partikel berukuran koloid. Dengan kata lain, larutan sejati diubah
menjadi koloid. Cara kondensasi dibagi
menjadi dua, yaitu secara kimia dan fisika.
1.
Secara Kimia
Yaitu
perubahan zat yang menghasilkan
zat jenis baru.
a.
Reaksi Redoks
Yaitu reaksi yang disertai perubahan
bilangan oksidasi. Koloid
yang dihasilkan adalah hasil reduksi atau oksidasi.
Contoh :
Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H2S) dengan belerang dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2.
H2S(g) + SO2(aq) ⎯⎯→ 2 H2O(l) + 3 S (koloid)
Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H2S) dengan belerang dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2.
H2S(g) + SO2(aq) ⎯⎯→ 2 H2O(l) + 3 S (koloid)
b.
Reaksi Hidrolisis
Yaitu reaksi suatu zat dengan air. Reaksi ini umumnya digunakan untuk
membuat koloid basa dari suatu garam yang dihidrolisis.
Contoh:
Pembuatan sol Fe(OH)3
dari hidrolisis FeCl3. Apabila ke dalam air mendidih ditambahkan
larutan FeCl3, maka akan terbentuk sol Fe(OH)3.
FeCl3(aq)+ 3 H2O(l) ⎯⎯→ Fe(OH)3 (koloid) + 3 HCl(aq)
FeCl3(aq)+ 3 H2O(l) ⎯⎯→ Fe(OH)3 (koloid) + 3 HCl(aq)
c.
Dekomposisi
Rangkap atau Pertukaran Ion
Umumnya digunakan
dalam membuat koloid dari zat yang sukar larut yang dihasilkan dari reaksi
kimia.
Contoh :
Contoh :
Sol As2S3
dapat dibuat dari reaksi antara larutan As2O3 dengan
larutan H2S
As2O3 (aq)+ 3H2S (g) ⎯⎯→ As2S3 (koloid) + 6H2O(l)
As2O3 (aq)+ 3H2S (g) ⎯⎯→ As2S3 (koloid) + 6H2O(l)
2.
Secara Fisika
Yaitu perubahan pada zat yang tidak menghasilkan zat
jenis baru.
a. Penggantian Pelarut
Yaitu
mengganti zat untuk membuat koloid. Digunakan untuk membentuk koloid dari zat
yang sukar larut dalam medium pendispersinya sehingga diperlukan pelarut lain
yang sesuai sebelum didispersikan ke dalam medium pendispersinya.
Contoh :
Untuk membuat sol
belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam alkohol seperti
etanol dengan medium pendispersi air, belarang harus terlebih dahulu dilarutkan
dalam etanol sampai jenuh. Baru kemudian larutan belerang dalam etanol tersebut
ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk. Sehingga belerang
akan menggumpal menjadi pertikel koloid dikarenakan penurunan kelarutan
belerang dalam air.
b. Pengembunan Uap
Yaitu
mengalirkan uap melalui medium dingin sehingga terbentuk koloid.
Contoh :
Sol raksa
dihasilkan dengan mengalirkan uap raksa melalui air dingin dan ditambahkan
amoniun sitrat sebagai stabilisator.
c. Pendinginan
Yaitu menggumpalkan
ion larutan menjadi koloid. Pendinginan biasanya berbanding lurus dengan
penurunan kelarutan suatu zat.
d. Reaksi Pengendapan
Yaitu
pengendapan dengan mencampur dua larutan elektrolit sehingga terbentuk koloid.
Contoh :
Pembuatan sol AgCl dengan cara mencampurkan larutan AgNO3 encer
dengan larutan HCl encer atau NaCl encer.
Reaksi yang terjadi:
AgNO3(aq) + HCl(aq)
à AgCl (S) + HNO3
(aq)
AgNO3(aq) + NaCl(aq)
à AgCl (S) + NaNO3
(aq)
B. Dispersi
Yaitu
pemecahan partikel-partikel kasar menjadi partikel berukuran koloid yang
kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya. Dengan kata lain suspensi
diubah menjadi koloid.
1.
Dispersi Langsung (Mekanik)
Yaitu penghalusan partikel kasar zat padat dengan menggiling atau menggerus
untuk membuat partikel berukuran koloid. Kemudian mendispersikannya pada medium
pendispersi.
Contoh :
Penggilingan padi menjadi beras, pembuatan tinta, dan lain-lain.
2.
Homogenisasi
Yaitu pengubahan partikel besar menjadi seukuran partikel koloid dalam hal
ini sebagai emulsi. Pada cara ini menggunakan mesin penghomogen kemudian
partikel dicampurkan dengan medium pendispersi.
Contoh :
Pembuatan susu dengan bahan baku lemak susu yang dihomogenkan kemudian
didispersikan ke dalam medium pendispersi.
3.
Peptisasi
Yaitu pemecahan suatu partikel besar dengan menambahkan zat pemecah. Zat
pemecah dapat berupa elektrolit khususnya yang mengandung ion sejenis ataupun
pelarut tertentu.
Contoh :
Agar-agar dipeptisasi oleh air, karet dipeptisasi oleh bensin, dan
lain-lain.
4.
Busur Bredig atau Reaksi Elektrodispersi
Yaitu arus listrik bertegangan tinggi
dialirkan melalui dua buah elektrode logam (bahan terdispersi). Kemudian, kedua
elektrode itu dicelupkan ke dalam air hingga kedua ujung elektrode itu hampir
bersentuhan agar terjadi loncatan listrik. Loncatan listrik mengakibatkan bahan
elektrode teruapkan membentuk atom-atomnya dan larut di dalam medium
pendispersi membentuk sol. Cara busur bredig ini biasanya digunakan untuk
membuat sol-sol logam
Contoh :
Pada pembuatan sol-sol logam. Jika ke dalam endapan Fe(OH)3
ditambahkan elektrolit FeCl3 (ion sejenis Fe3+), maka
Fe(OH)3 akan mengadsorpsi ion-ion Fe3+ tersebut.
Akibatnya, endapan menjadi bermuatan positif dan memisahkan diri untuk
membentuk partikel koloid.
C. Koloid Asosiasi
Yaitu
koloid yang terdiri dari bagian yang bersifat hidrofob sekaligus hidrofil.
Contoh :
Partikel
sabun
Komentar
Posting Komentar